Mengenal Pembuat Game CLASH OF CLANS
Banyak orang yang memiliki smart phone memainkan Clash ofClans. Tak dapat dipungkiri, game besutan Supercell itu sangat populer.
Supercell pun ketiban berkah, mayoritas saham mereka telah dibeli raksasa game
asal China, Tencent, dengan nilai tak main main, USD 8,6 miliar atau sekitar Rp
114 triliun.
Supercell saat ini dipimpin CEO Ilkka Paananen yang juga termasuk salah seorang pendirinya. Paananen telah malang melintang di industri game. Dia mendirikan developer game mobile Sumea di tahun 2000, ketika ponsel masih sederhana, layarnya kebanyakan masih hitam putih.
Supercell saat ini dipimpin CEO Ilkka Paananen yang juga termasuk salah seorang pendirinya. Paananen telah malang melintang di industri game. Dia mendirikan developer game mobile Sumea di tahun 2000, ketika ponsel masih sederhana, layarnya kebanyakan masih hitam putih.
Lalu, dia bergabung ke Digital Chocolate setelah
perusahaan itu mengakuisisi Sumea di tahun 2004. Nah, Sumea pun
bertambah besar, karyawannya jadi ratusan. Tahun 2010, Paananen dan lima
eksekutif Sumea lainnya memutuskan keluar. Mereka mendirikan Supercell.
"Kami
memiliki mimpi akan sebuah perusahaan
yang tidak ada proses lama, tak ada
birokrasi, di mana orang orang terbaik bisa konsentrasi
melakukan hal terbaik
mereka, menjadi kreatif dan
menciptakan game” kata Paananen si pencipta
game COC dan Permainan Clash Royale.
Itulah sebabnya sejak awal,
Supercell tak banyak karyawannya. Saat ini saja atau enam tahun sesudah
berdirinya, perusahaan asal Finlandia ini hanya memiliki total 180 pegawai.
Proses pembuatan game biasanya sederhana saja. Mereka memasang deadlineuntuk membuat sebuah game. Jika sudah jadi, game itu ditunjukkan ke semua karyawan dan dimainkan. Kalau disukai, game itu akan dikembangkan seperti Permainan Clash Royale, jika tidak ya dimatikan.
JANGAN LUPA MENGUJUNGI GAME ONLINE KARTU 2019!
Proses pembuatan game biasanya sederhana saja. Mereka memasang deadlineuntuk membuat sebuah game. Jika sudah jadi, game itu ditunjukkan ke semua karyawan dan dimainkan. Kalau disukai, game itu akan dikembangkan seperti Permainan Clash Royale, jika tidak ya dimatikan.
JANGAN LUPA MENGUJUNGI GAME ONLINE KARTU 2019!
Jika sebuah game dimatikan, mereka malah merayakannya dengan
membuka botol sampanye. "Kami sungguh ingin merayakan bukan kegagalannya,
namun pembelajaran yang datang dari kegagalan itu," kata Paananen.
Kelahiran CLASH OF CLANS
Seperti umumnya perusahaan baru,
Supercell awalnya harus berjuang dulu untuk sukses. Tahun 2011, mereka merilis
game multiplayer bernama Gunshine di Facebook.
Game yang dinilai bagus namun
terlalu kompleks untuk user Facebook. Gunshine gagal menarik minat.
Gunshine akhirnya dimatikan dan Paananen agak pusing. "Kami memiliki tim yang sangat senior, pengalaman sudah lebih dari sepuluh tahun dan belum punya apa apa. Situasinya menjadi sekarang atau tidak sama sekali," kenang Paananen.
JANGAN LUPA KUNJUNGI LAMAN LAINNYA DARI PERMAINAN CLASH ROYALE: CHEST CYCLE
Pada Januari 2012, Supercell memiliki lima game yang sedang mereka kembangkan. Tiga game dinilai kurang baik dan tak pernah diluncurkan. Dua yang diputuskan untuk dirilis adalah Clash of Clans dan Hay Day. Keduanya difokuskan untuk perangkat mobile.
Keputusan yang tepat karena smartphone sedang mendominasi dunia. Di tahun 2011, ada 472 juta smartphone terjual. Di 2014, penjualan mencapai 1,24 miliar. Sebuah potensi sangat besar bagi Supercell.
Untunglah, Permainan Clash Royale, Hay Day dan Clash of Clans ternyata sukses luar biasa. Terutama Clash of Clans, game strategi yang bikin kecanduan. Game ini bisa dimainkan gratis untuk menjangkau sebanyak mungkin orang. Namun gamer bisa membeli fitur untuk melancarkan permainannya.
Rupanya tidak sedikit gamer rela mengeluarkan banyak uang. Menurut Supercell, ada gamer yang mau menghabiskan sampai 1.600 poundsterling tiap bulan di Clash of Clans.
Sampai saat ini, Clash of Clans masih diminati dan konsisten
menempati posisi puncak aplikasi terpopuler baik di platform iOS maupun
Android. Supercell pun diminati para raksasa teknologi. Sempat mayoritas
sahamnya dimiliki Softbank, kini Supercell menjadi milik Tencent setelah dibeli
senilai Rp 114 triliun.
"Deal ini memungkinkan Supercell tetap dimiliki secara privat. Itu hal yang cocok dengan ukuran kecil dan kultur unik kami dibandingkan jadi perusahaan publik di mana yang jadi perhatian kami adalah tekanan dari pasar finansial untuk berpikir jangka pendek,"ucap Paananen.
Sekian artikel yang kami buat, semoga beremanfaat untuk anda.
"Deal ini memungkinkan Supercell tetap dimiliki secara privat. Itu hal yang cocok dengan ukuran kecil dan kultur unik kami dibandingkan jadi perusahaan publik di mana yang jadi perhatian kami adalah tekanan dari pasar finansial untuk berpikir jangka pendek,"ucap Paananen.
Sekian artikel yang kami buat, semoga beremanfaat untuk anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar